Medan, MPOL -Mantan pejabat eselon II Pemko Medan Albon Sidauruk mempertanyakan kinerja Walikota Bobby Nasution yang dinilainya belum mampu merealisir jauh janji-janji kampanye dan ekspektasi publik. Ia berharap publik memahami sejauh mana kinerja Bobby sehingga bisa menganalisa layak atau tidak untuk naik kelas mengurus Provinsi Sumatera Utara.Ia mencontohkan janji kampanye Bobby yaitu Program Medan Tajir (Tanpa Banjir) serta Medan Bersinar (Bersih Tanpa Narkoba) tidak berjalan sesuai yang diharapkan masyarakat luas, alias belum terealisir.Albon Sidauruk yang dikenal sebagai birokrat kritis dan pernah menjabat Camat, Kabag Ortala dan terakhir Kadis P2K di bawah kepemimpinan Bobby Nasution, menyebut dengan menganalisa data maka rakyat bisa menentukan apakah mantan pimpinannya itu layak atau belum naik kelas menjadi Gubsu."Kalau di dunia swasta, CEO bisa naik kelas kalau terbukti mencapai target keuntungan perusahaan. CEO di pemerintahan pun seperti itu, bisa naik kelas jika terbukti bisa mencapai target yakni meningkatkan kesejahteraan, kecerdasan dan melindungi bagi rakyatnya. Nah saat ini, Kota Medan satu jam saja hujan, dimana-mana banjir.Begitu juga narkoba setiap hari ramai jadi berita. Kampung narkoba bermunculan di setiap sudut kota.Akibatnya begal pun marak sehingga kenyamanan kota jauh menurun saat ini," tegas Albon Sidauruk dalam diskusi publik "Medan Tajir?", Kamis (5/9) di
Aobi Cafe Jl Singgalang No 1 Medan.Diskusi "Medan Tajir?" digelar Kombatan Sumut Bersih yang disiarkan Podcast Oke Gasss dipandu host Abyadi Siregar dan Suwandi Purba. Acara ini diikuti puluhan mahasiswa, aktivis dan milenial serta Gen Z.Albon berpendapat anggaran pembenahan drainase yang begitu besar dikucurkan dan masif dikerjakan semasa 3 tahun lebih kepemimpinan Bobby adalah pekerjaan yang tanpa kajian ilmiah mendalam, sehingga berujung kesia-siaan. Hal ini terbukti hanya sejam hujan telah mengakibatkan banjir dimana-mana membuat Kita Medan seperti lautan.Disebutnya ada sebuah keanehan jika dengan anggaran yang besar tetapi banjir tak terselesaikan. Sesuai hukum Issac Newton air itu berjalan atau mengalir dari yang tempat lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.Sementara Kota Medan ini berada di dataran tinggi 0-30 M di atas permukaan laut, dengan 3 sungai besar yang siap menampung air hujan."Secara pilosofi artinya air hujan di Kota Medan ini tidak diberi jalan menuju tempat yang lebih rendah. Artinya drainase yang dibangun tidak melalui kajian ilmiah mendalam yang memperhitungkan keluasan drainase termasuk koneksitasnya," urai Albon Sidauruk.Publik tentu wajar marah dan memberikan raport merah bagi penko karena selalu saja terjadi banjir begitu terjadi hujan deras. Bahkan titik banjir saat ini justru lebih banyak jika dibandingkan di masa sebelumnya. Ia memberi contoh ruas jalan protokol seperti Jl Sudirman dan Jl Sisingamangaraja yang dahulu bebas banjir, kini malah seperti lautan saat hujan turun.Begitu juga Program Medan Bersinar merupakan janji-janji kampanye yang dulu selalu diumbar Bobby dinilai tak terealisir sesuai harapan publik. Albon menyebut sebelumnya Kampung Narkoba di Medan hanya ada di dua titik tapi saat ini sudah merambah ke hampir semua kecamatan."Pemberantasan peredaran narkoba itu memang ranahnya kepolisian, tetapi sebagai kepala daerah tanggung jawab paling besar ada padanya. Sebab bahaya narkoba itu luar biasa merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat sehingga kepala daerah punya tanggung jawab di situ. Dan hal itu dijanjikan beliau untuk dibersihkan. Tetapi pada faktanya malah kebalikan semakin marak dan merajalela," urainya.Tidak mengherankan jika kampung narkoba semakin bertumbuh dan setiap hari berita-berita tentang narkoba selalu menghiasi media. Begitu juga pelaku begal dan angka kriminalitas terus meningkat akibat dampak narkoba.Albon juga berharap warga kota untuk menjadi pemilih cerdas dengan meneliti rekam jejak para calon kepala daerah. Misalnya untuk warga Medan, silahkan dicari data di BPS, seberapa besar angka pengangguran, seberapa banyak bertambah orang miskin, seberapa banyak bertambah angka stunting, yang putus sekolah, bertambahnya angka kenakalan anak dan sebagainya.Dengan data tersebut Albon berharap kita mendapat gambaran fakta siapa pemimpin yang layak dipilih. Bukan karena gimik politik, iming-iming uang dan bansos, apalagi pencitraan karena menantu presiden."Soal misteri
Blok Medan dan jet pribadi itu juga harus menjadi perenungan kita. Mari tanya hati nurani kita," tegasnya.**