Medan, MPOL - Sektor perbankan di Sumatera Utara terus menunjukkan resiliensi, terutama dengan adanya peningkatan modal dan kestabilan likuiditas hingga November 2024. Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumatera Utara menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga. Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core (AL/NCD) serta Alat Likuid dan Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat masing-masing sebesar 120,10 persen dan 23,75 persen, masih dalam level yang aman melampaui ambang batas yang kesehatan bank sebesar 50 persen dan 10 persen. Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara.Ketahanan modal juga tetap solid, terlihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang semakin kuat menjadi 30,94 persen (Desember 2023: 28,22 persen). Situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.
Kredit yang mengalami pemulihan kini tumbuh lebih kuat, yaitu sebesar 9,69 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebelumnya sebesar -0,86 persen yoy pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini mengindikasikan bahwa ekonomi daerah terus mengalami kemajuan yang stabil.Sebagian besar penyaluran kredit difokuskan pada kredit produktif, yang mencapai Rp193,27 triliun atau 69,17 persen dari total kredit, tumbuh 7,66 persen yoy. Pertumbuhan ini menunjukkan pemulihan setelah periode kontraksi pada tahun sebelumnya. Peningkatan kredit produktif terutama didorong oleh kredit Modal Kerja, yang berkontribusi sebesar 44,11 persen dari total kredit dan tumbuh 8,70 persen yoy. Sementara itu, kredit Investasi dengan porsi 24,06 persen mencatat pertumbuhan 5,77 persen yoy.Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan kredit produktif terutama didorong oleh sektor Pertanian, yang mencatat kenaikan signifikan sebesar 14,84 persen (yoy), menjadikannya kontributor utama pertumbuhan kredit pada periode ini. Dorongan utama berasal dari subsektor perkebunan kelapa sawit, yang tumbuh pesat sebesar 16,89 persen (yoy). Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan CPO di pasar internasional dan perbaikan harga komoditas tersebut. Selain itu, upaya peningkatan produktivitas serta ekspansi lahan di Sumatera Utara turut memperkuat pertumbuhan kredit di subsektor ini. Inisiatif Kantor
OJK Provinsi Sumatera Utara melalui program pengembangan komoditas sawit, baik dari sisi perkebunan rakyat melalui skema SERAYA (Skema Pengembangan Sawit Rakyat) maupun perkebunan korporasi, semakin memperkuat peran subsektor ini dalam mendorong penyaluran kredit produktif.Upaya memperluas akses pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Hingga Oktober 2024, total kredit yang disalurkan kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp80,50 triliun, tumbuh 3,58 persen (yoy). Sebagian besar kredit dialokasikan ke segmen Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang menyumbang 79,77 persen dari total kredit dengan pertumbuhan 6,27 persen (yoy). Sementara itu, segmen Usaha Menengah berkontribusi 20,23 persen terhadap total kredit UMKM. Penyaluran kredit ini didominasi oleh sektor perdagangan, perkebunan kelapa sawit, dan pertanian padi, yang berperan penting dalam mendukung produktivitas dan penguatan sektor riil di Sumatera Utara.Penyaluran kredit konsumtif terus menunjukkan tren peningkatan, berkontribusi signifikan terhadap pemulihan pertumbuhan kredit di Sumatera Utara. Hingga Oktober 2024, kredit konsumtif tercatat mencapai Rp86,16 triliun, tumbuh 14,52 persen (yoy). Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan konsumen dan akses yang lebih luas terhadap layanan keuangan. Stabilnya tren pertumbuhan kredit konsumtif dalam setahun terakhir menunjukkan perbaikan daya beli masyarakat serta pemulihan ekonomi yang semakin solid.Pertumbuhan konsumtif utamanya ditopang oleh kredit rumah tangga lainnya dan multiguna yang bertumbuh 16,77 persen yoy, kredit kepemilikan rumah tinggal (KPR) yang mencapai 7,71 persen yoy, dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang mencapai 20,38 persen yoy. Peningkatan kredit konsumtif turut didorong oleh solidnya konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara seiring adanya pelaksanaan PON, meningkatnya KPR dengan adanya insentif pajak Pertambangan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk properti segmen menengah, dan meningkatnya KKB didukung oleh insentif makroprudensial berupa LTV 0 persen dan kehadiran merek-merek mobil berbahan bakar dan listrik serta promosi dan insentif fiskal (PPN) untuk Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB).Kualitas kredit perbankan tetap berada pada level yang aman, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) net sebesar 0,76 persen, sedikit meningkat dibanding Desember 2023 yang tercatat 0,73 persen. Sementara itu, NPL gross tercatat sebesar 1,86 persen, meningkat tipis dari 1,81 persen pada Desember 2023. Perbaikan yang lebih signifikan terlihat pada Loan at Risk (LaR), yang turun menjadi 6,72 persen dari sebelumnya 7,61 persen di Desember 2023. Penurunan LaR ini dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah kredit restrukturisasi, mencerminkan pemulihan kualitas portofolio kredit perbankan dan pengelolaan risiko yang lebih baik.Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sebelumnya stagnan sepanjang 2023 kini menunjukkan tren peningkatan. Hingga Oktober 2024, total DPK yang dihimpun mencapai Rp328,37 triliun, tumbuh 5,38 persen (yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan Deposito sebesar 8,40 persen (yoy) serta Tabungan yang tumbuh 4,74 persen (yoy). Dari sisi struktur, porsi terbesar DPK masih didominasi oleh Tabungan, yang berkontribusi 43,20 persen dari total DPK, diikuti oleh Deposito (39,95 persen) dan Giro (16,85 persen).***