Jakarta, MPOL - Ketua MPR RI nilai HM
Soeharto layak jadi
Pahlawan Nasional demikian Bambang Soesatyo mengatakan saat silaturahmi dengan keluarga Presiden Kedua
Soeharto Sabtu (28/9) di DPR/MPR RI Jakarta.Saat silaturahmi, keluarga
Soeharto diwakili Siti Hardijanti Hastuti Rukmana (Tutut) dan Siti Hediati Hariyadi (Titik).Menurut Bamsoet sebagai presiden kedua,
Soeharto merupakan putra terbaik bangsa yang harus dihormati jasa dan pengabdiannya. "Rasanya, tidak berlebihan sekiranya mantan Presiden
Soeharto dipertimbangkan oleh pemerintah yang akan datang untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional."Terlebih,
Soeharto telah berusaha mengabdikan diri sebaik-baiknya dalam menjalankan tugas sebagai presiden dan berjasa besar dalam mengantarkan bangsa Indonesia beranjak dari negara miskin menjadi negara berkembang. "Catatan sejarah menjadi bukti, tahun 1960-an adalah salah satu periode tersulit yang kita hadapi sebagai sebuah bangsa."Dimana pada tahun 1963 pertumbuhan ekonomi Indonesia kontraksi minus 2,25%. Kemudian tahun 1966 inflasi melonjak hingga 635,3%. "Dan tahun 1967 Indonesia adalah negara miskin dengan catatan utang sebesar 700 juta Dollar US. Jadi jauh lebih kecil dari yang sekarang. Namun beratnya tantangan kebangsaan itu tidak menyurutkan langkah Bapak Haji Muhammad
Soeharto."Bamsoet menjelaskan,
Soeharto dibantu tim pakar ekonomi seperti Soemitro Djojohadikoesoemo Kusumo yang merupakan ayah dari Prabowo Subianto, berhasil mengembalikan keadaan pada tahun 1969 atau setahun setelah menjabat presiden. "Pertumbuhan ekonomi melonjak tajam menjadi 12 persen. Dan inflasi berhasil ditekan pada kisaran 9,9 persen."Selain itu, Indonesia berhasil menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang sukses meluncurkan satelit pada tahun 1976. Kemudian, Indonesia sukses swasembada pangan pada tahun 1984.Sebagai Bapak Pembangunan
Soeharto dikenal sebagai pribadi yang berani melakukan kebaikan lebih baik daripada sekadar menguasai dalil-dalilnya. Untuk itu, Bamsoet meminta masyarakat mengambil hikmah atas berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau agar dijadikan pelajaran berharga bagi pembangunan karakter nasional bangsa Indonesia di masa kini dan di masa akan datang.Jangan ada lagi dendam sejarah yang diwariskan pada anak-anak bangsa yang tidak pernah tahu, apalagi terlibat pada berbagai peristiwa kelam di masa lalu," kata Bamsoet. Dalam kesempatan itu, Bamsoet menyerahkan surat balasan pimpinan MPR RI atas usulan Fraksi Golkar perihal Pasal 4 TAP XI/MPR/1998 yang menyebut nama Presiden Kedua RI
Soeharto agar dinyatakan telah dilaksanakan.Perwakilan Keluarga
Soeharto, Titiek
Soeharto mengapresiasi hal tersebut. Titiek juga memohon maaf bila selama memimpin puluhan tahun,
Soeharto punya kesalahan. Menurut Titiek, manusia adalah sosok yang tidak sempurna sehingga tak luput dari kesalahan."Semua itu, terjadi karena kesadaran dan juga rasa menghargai kepada bapak yang selama ini telah memimpin bangsa dan negara ini selama 32 tahun. Memang manusia tidak ada yang betul selalu, pasti ada salahnya. Kami juga mohon maaf kalau selama ini bapak ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan saat memimpin."Semua yang dilakukan
Soeharto saat itu hanya demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. "Kami keluarga, bahwa setelah sekian tahun lamanya akhirnya ada yang menyadari dan mengatakan sesuatu yang benar, bahwa yang benar itu benar, yang salah itu salah dan persatuan itu lebih penting daripada dendam kesumat," tutur Tutut.Sedangksn Titiek
Soeharto menambahkan, jasa yang diberikan ayahnya kepada Indonesia adalah hasil kerja sama dari seluruh pejabat di bawah kepemimpinannya. "Untuk itu, tadi disampaikan juga oleh Mba Tutut kami maaf yang sebesar besarnya. Namun, kita juga tidak bisa melupakan apa yang sudah bapak lakukan selama 32 tahun memimpin bangsa ini." Ke depan, lanjut Titik, produk-produk bagus di masa
Soeharto bisa dilanjutkan."Tentu ada yang suka dan tidak suka dengan beliau, tapi jangan hapus produk-produk bagus seperti GBHN, Repelita, Posyandu, Kelompencapir dan Keluarga Berencana. Ini terbukti bermanfaat bagi bangsa. Segala kebaikan, mohon diteruskan, karena itu bukan semata buatan Pak Harto. Melainkam adalah produk dari kerja sama semua para pejabat-pejabat di bawah pimpinan beliau," tutur Titiek.***