Deli Serdang, MPOL - Angga Syahputra (30) seorang warga yang berdomisili di Dusun-I Desa Dagang Kelambir, Kec.Tanjung Morawa, Kab.Deli Serdang, menjadi korban penculikan oleh orang tak dikenal (OTK).
Penculikan itu terjadi pada Senin malam, (19/2/2024), sekira pukul 21.30Wib, korban diculik dengan cara dibawa paksa oleh puluhan pemuda berbadan tegap dan berambut cepak, sehari setelahnya korban pun ditemukan sudah dalam keadaan tangan patah, kepala luka koyak hingga mendapat perawatan 58 jahitan.
Saat diwawancara Medan Pos pada Sabtu, 24/2/2024, pengakuan korban, bahwa selama penculikan itu dirinya disiksa secara sadis, kepala dihantam besi bertubi-tubi, bola mata nyaris pecah, tubuhnya diinjak-injak, tangan patah hingga diseret-seret dalam kondisi setengah sadar.
"Aku dibawa ke hutan bang, disiksa habis aku bang, kulit kepala ku koyak, tangan retak, sampai udah ngorok nafas ku terus diseret-seret, sakit kali bang," ungkap Angga dengan wajah memelas saat menjelaskannya kepada Medan Pos.
Diceritakannya, sebelum diculik, malam itu Angga berada di depan Pos Kamling dekat rumahnya, tiba-tiba puluhan orang mengendarai sepeda motor melintas di depannya dan ribut dengan sejumlah orang hingga jalan macet, tak berapa lama korban pun dihampiri oleh gerombolan orang tersebut.
"Awalnya mereka datang ribut dengan orang-orang, rupanya aku juga didatangi dan langsung dipukul, gak tau aku apa alasannya, aku dipukul ramai-ramai dipijak dalam pos kamling, di situ akupun sudah kesakitan, tapi aku sempat lari ke belakang rumah warga tapi dapat dikejar lagi", cetus Angga.. Dedi Irawan Z
Sejumlah pelaku saat itu membawa besi, sangkur dan alat pemukul bassball, Angga lalu dipaksa naik ke atas sepeda motor, pelaku sempat menyebut Angga sebagai seorang pungli dan mau dibawa ke kantor Polsek.
"Orang-orang itu gak sebut jati dirinya, mereka bilang aku sering pungli mobil-mobil truck, mereka bilang mau bawa aku ke kantor Polsek, tapi aku gak tahu mereka ini siapa, kok aneh pikir ku, dan mereka rame kali, aku gak bisa melawan, tapi dalam hati ku ya udahlah kalau dibawa ke Polsek, masih aman ku pikir", sebut Angga.
Saat itu Angga dibawa bonceng tiga naik Honda Beat, dan ada dua orang lagi mengawal dari belakang menggunakan KLX, sementara puluhan rekan pelaku belum kelihatan menyusul.
"Saat tiba di simpang Tol Tanjung Morawa mereka bawa aku mutar arah, aku gak dibawa ke kantor Polsek, jadi ku tanya, kok lewat sini bang, 'udah gak usah banyak tanya kau' katanya, satu pelaku menodongkan sangkur di leher ku, 'kalau ngomong terus ku gorok leher mu' kata pelaku yang boncengan dibelakang ku", ungkap Angga mengulangi perkataan para pelaku kepadanya.
Selanjutnya korban dibawa ke Gang Rambutan Jl.Bandara Kuwalanamu, Sumut, ditengah hutan gelap mereka berhenti disitu dan korban mulai dianiaya secara sadis.
"Pertama aku disuruh jongkok, terus satu orang pegang besi bulat diayunkan kuat ke arah kepala ku, ku tangkis kena tangan ku, kedua kali ku tangkis lagi tangan ku langsung melemper jatuh serasa remuk, pelaku kemudian bebas menghantamkan besi itu di belakang kepala ku, muka ku dibagian mata ini dipukul pakai tongat baseball, aku roboh dan setengah sadar, nafas ku sampai ngorok bang", jelas Angga sembari terlihat sedih.
Dikatakan Angga, saat itu pandangannya sudah kabur, badan udah tak berdaya, se-sekali ia terus dipukul dan dipijak, tapi dia masih bisa mendengarkan suara.
"Aku udah gak bisa apa-apa lagi bang saat itu, rasanya udah mau mati, aku diseret-seret, sempat ku dengar orang itu ngomong gini, 'bikin repot aja anak ini, udah kita bawa dia ke pos', terus badan ku dipopoh mereka naik ke atas sepeda motor lagi", jelas Angga.
Tiba di lokasi ke dua, Angga kembali dianiaya, lalu di lokasi itu dilihatnya sudah ada cahaya lampu, ia merasa ada di sebuah ruangan.
"Mata ku setengah terbuka, macam berada diruangan, ku lihat udah ada cahaya lampu, sampai di situ akupun masih dipukul, ditunjangi, sepatu yang memijak ku di situ macam sepadu PDL gitu bang", jelas Angga.
Lebih lanjut Angga menjelaskan, bahwa dirinya akhirnya dijemput seorang anggota Polsek dan Angga dibawa ke kantor Polsek, kemudian dibawa ke rumah sakit.
"Saat orang Polsek itu datang, aku dengar dia ngomong gini, 'udah-udah, jangan terus kalian hajar, ini manusia bukan binatang', disitu baru ku rasakan barulah ada manusia yang sebenarnya datang, sebelumnya aku dipukuli tanpa ada rasa kemanusiaan bang", ucap Angga.
Usai dibawa berobat, Angga kembali dibawa petugas ke kantor Polsek Tamora, di situ Angga disodorkan surat untuk ditanda-tanganinya.
"Udah dibawa berobat aku bang pagi itu, sampai di kantor Polsek aku masih lemas sebelumnya banyak keluar darah dari kepala ku, aku disuruh neken surat, katanya biar aku cepat pulang, tangan ku sampai dibimbing petugas saat neken itu, dan ada dua orang ikut meneken, kurasa dua orang itu Anggota Brimob pakai baju biasa", jelas Angga.
Setelahnya, datang seorang warga menjemput Angga di kantor Polsek, disitu Angga baru sadar surat yang ditekennya tadi adalah surat perdamaian.
"Bang Eka (warga Desa Dagang Kelambir) datang ke kantor Polsek, dia disuruh tanda tangan juga rupanya, dari bang Eka itu aku tahu kalau surat yang ku teken tadi ternyata surat perdamaian, karena bang Eka dibuat sebagai saksinya, aku masih belum terima ini bang, aku mau cari keadilan", cetus Angga.
Diketahui, Angga ini hidup seorang diri dan masih berstatus lajang, kedua orang tuanya sudah pisah dan menikah lagi dan telah menjalankan kehidupan masih-masing.
Sementara itu, Kapolsek Tanjung Morawa AKP.Firdaus Kemit membenarkan peristiwa ini, disebutkannya pagi itu Angga memang telah berada di Mapolsek dalam keadaan terluka parah.
"Ya benar, tadi saya hubungi Kanit saya, katanya Angga pagi itu (Selasa 20/2/2024) diantar Brimob ke Mapolsek, Angga saat itu dalam keadaan terluka parah, tapi dipagi itu juga Angga udah neken surat perdamaian dengan Brimob itu di kantor Polsek, ini masih terkait permasalahan malam itu juga", terang Kapolsek, AKP.Firdaus saat dikomfirmasi Medan Pos, Sabtu sore (24/2/2024).
Ketika ditanya siapa yang membuat Angga terluka parah, Kapolsek pun menduga yang melakukan itu pihak oknum Brimob tersebut.
"Itu yang buat Angga sampai gitu ya diduga pihak oknum Brimob, saya dapat info itu dari kanit saya, karena saat Angga diantar ke kantor Polsek kebetulan saya tidak berada di kantor", aku AKP. Firdaus lagi.
Perlu diketahui, kasus penculikan Angga ini bersamaan dengan aksi puluhan oknum Brimob yang menseser kampung Kerinci Dusun-I Desa Dagang Kelambir pada Senin malam 19/2/2024, sekira pukul 20.30Wib, dua orang dari pihak Brimob diamankan dan dua orang dari pihak warga yang menjadi korban pemukulan juga diamankan ke kantor Polsek Tamora.
Oleh pihak Polsek, malam itu kedua belah pihak dipercepat dilakukan mediasi dan menandatangani surat pernyataan damai tanpa menghadirkan semua yang terlibat, sedangkan keberadaan Angga malam itu dikabarkan masih hilang jejak namun surat pernyataan damai tetap dilanjutkan hingga selesai sekira pukul 01.00Wib.
Sekira pukil 04.30Wib Angga dikabarkan telah ditemukan setengah sadar dengan kondisi berlumuran darah, tangan retak dan kepala sobek, selanjutnya oleh pihak Polsek membuat lagi surat pernyataan damai terbaru atas nama Angga dan dua oknum Brimob.
Terkait kejadian itu, Humas Polda Sumut Kombes.Hadi Wahyudi sempat angkat bicara ketika dikomfirmasi wartawan, dikatakannya bahwa kejadian itu merupakan salah-paham.
"Berawal ketika adik kandung laki-laki dari Ridwan Hasibuan/anggota Brimob, membawa mobil truck mau memuat pupuk di gudang yang akan di bawa ke Madina, kemudian di palak dibeberapa titik oleh beberapa orang dengan dalih meminta uang rokok. Kemudian, dua anggota Brimob mendatangi sekelompok orang tersebut hendak menanyakan apa maksud memalak truk adiknya", tandas Kombes Hadi kepada awak media ini, Selasa (20/2/2024).
Akan tetapi, sambung Hadi lagi, dalam perjalanan beberapa orang menghadang dua anggota Brimob itu yaitu Ridwan Hasibuan dan Lombok Manik, beberapa orang di lokasi meneriaki genk motor dan memukulkan kursi panjang yang dipalang di tengah jalan hingga kedua anggota mengalami luka-luka.
Versi Masyarakat.
Sementara itu, versi keterangan masyarakat yang diperoleh Medan Pos, bahwa awal mulanya belum ada kejadian pemukulan terhadap anggota Brimob, justru oknum dan puluhan orang yang mengendarai sepeda motor itu (diduga oknum Brimob) yang lebih dulu membuat kekacauan dengan menseser dan memukul pemuda yang mereka temukan di pinggir jalan di Desa Dagang Kelambir, lantas masyarakat mengira itu gerombolan geng motor.
"Jadi, gerombolan bermotor itu mulanya datang memang sudah banyak kian jumlahnya, mereka menganiaya sejumlah remaja dan para pemuda di lokasi, saat warga mulai banyak berkeluaran, merekapun kabur, tapi dua orang rekan mereka (diduga oknum Brimob) tertinggal karena terjebak macet, lantas massa pun mengamuk karena mengira itu geng motor", jelas Aldi (48) salah-seorang warga Dagang Kelambir yang ditemui Medan Pos, Sabtu (24/2/2024).
Bahkan, lanjut Aldi, sebahagian gerombolan itu juga dikabarkan sempat terjatuh di Desa Tanjung Morawa-A, di sana tiga orang lagi terjatuh dan dikejar masa.
"Di lokasi berbeda massa juga mengamuk, tiga orang lagi dari kelompok itu dihajar massa, terus anggota Polsek berhasil ngamankan mereka dan dibawa ke dalam Masjid di Simpang Permina, jadi sebenarnya gerombolan pria berbadan tegap itu dihajar massa karena dianggap duluan buat ulah malam itu hingga dikira geng motor", ungkap Aldi. ** (Dedy Irawan Z)