Medan, MPOL -Ada yang menarik dan menyentuh hati, ketika Kordinator Wilayah (Korwil) Pusat Monitoring Politik dan Hukum Indonesia (PMPHI) Sumatera Utara (Sumut), Drs
Gandi Parapat menangis saat menyerahkan bantuan sembako ke Panti Asuhan Kasih Visensia Jl Kemiri Medan beberapa waktu lalu.Saat para anak-anak panti bernyanyi
lagu pujian rohani,
Gandi Parapat spontan menangis, membuat anak panti pun terharu dan tercengang.Lalu wartawan yang langsung mengabadikannya bertanya kenapa Gandi menangis terisak isak usai memberikan sedikit berkat, Gandi pun berkata : "Ya saya sangat terharu dan meresakan kebaikan Tuhan kepada saya yang punya orang tua dan dipanggil Tuhan setelah berusia 82 tahun dan 85 tahun". "Mereka (anak
panti asuhan-red) tidak menginginkan nasibnya harus tinggal di
panti asuhan, mereka ingin seperti anak-anak yang disayang bapak dan mamaknya"." Mereka dengan tertib menyambut kami dengan bahagia. Semoga diantara mereka kelak nantinya menjadi Walikota Medan menggantikan
Bobby Nasution dan yang lainnya", sebut
Gandi Parapat. Usai memberi bantuan, Gandi pun memberikan kata-kata nasihat kepada anak-anak
panti asuhan tersebut."Anak-anak kami kalian harus berserah kepada Tuhan dan menuruti nasehat ibu pengasuh ini sebagai pengganti orang tua kalian. Dan anak panti tekun mendengar dan sedih melihat saya menangis", ujar Gandi.Saat itu anak
panti asuhan menyanyikan lagu rohani 'Hidup Ini Adalah Kesempatan' yang mereka sumbangkan sebagai bentuk doa dan ucapan syukur atas kehadiran
Korwil PMPHI Sumut dan Ketua Divisi Politik PMPHI Sumut di Panti Asuhan Kasih Visensia tersebut.Gandi Parapat pun mengaku ada kisah dibalik tidak diterima beras bantuannya yang sebelumnya diantar ke rumah dinas walikota."Untung juga bantuan beras yang hilang dari rumah dinas Walikota Medan tidak diterima. Atas saran sahabat saya, sebahagian beras itu kami beri ke
panti asuhan. Dan atas kunjungan tersebut membuat saya semakin bersyukur atas perlindungan Tuhan", ujar Gandi yang mengaku baru kali itu ia menyumbangkan beras ke
panti asuhan. "Jadi masalah Bansos yang hilang itu dan agenda pembagianya ke masyarakat, saya tidak tau dan bukan ada kaitanya dengan kami. Tanya saja ke pak
Bobby Nasution kapan agenda pembagian beras Bansos itu. Yang jelas kami merasa prihatin dan sedih atas hilangnya beras dari rumah sehingga kami memberi bantuan beras namun tidak diterima", kata
Gandi Parapat menjawab wartawan. "Sekali lagi, kami sangat sedih dan merasa malu, tapi harus berbesar hati. Namun atas penolakan itu kami bersyukur dan berterima kasih kepada anak
panti asuhan karena mereka menerima bantuan yang tidak seberapa itu, dan kami menerima berkat Doa yang tidak ternilai. Itulah yang membuat saya meneteskan air mata sampai ibu pengasuh tersebut minta agar saya tidak sedih. Padahal saya tidak sadar meneteskan air mata dan media yang selalu mengikuti kegiatan PMPHI mengabadikannya tanpa saya sadari", pungkas
Gandi Parapat.**