Medan, MPOL -Pertikaian antara masyarakat di
Desa Hitetano Kecamatan Habinsaran terhadap kerjasama dengan PT
TPL sangat diduga keras dimotori oleh Direktur
TPL di Porsea atas nama Janres Silalahi.
Sebab segala surat-surat terkait kepemilikan hak telah lama disampaikan dan bahkan notulen rapat pun dengan Pemerintah Kabupaten
Toba yang dihadiri oleh Camat Habinsaran, Dinas Lingkungan Hidup dan Kabag Hukum terkait adanya keterpaksaan dari kepala desa atas nama Hotdiman Nababan telah diserahkan kepada Janres Silalahi.
Hal itu dikemukakan
Roder Nababan,SH kuasa hukum dari pemilik tanah Tamba Nababan kepada wartawan di Medan, Senin (21/10/2024).
Menurut
Roder Nababan, Direktur
TPL Janres Silalahi tidak pernah menanggapi surat, bahkan melakukan pemaksaan penanaman kembali. Padahal direktur mengetahui alas hak daripada tanah yang di tanami di Hitetano tersebut dalam keadaan bermasalah.
"Direktur
TPL mungkin sudah buta warna atau tuli, sehingga surat-surat tersebut pun tidak pernah ditanggapi, bahkan melakukan pemaksaan penanaman kembali. Padahal dia jelas mengetahui alas hak daripada tanah ya g di tanami di Hitetano tersebut dalam keadaan bermasalah", ungkap
Roder Nababan yang juga Direktur Eksekutif LBH Sekolah tersebut.
"Dugaan kami, kekuasaan yang terlalu lama cenderung akan menjadi diktator seperti kutipan dari filsuf dan sejarawan Inggris, Lord Acton. Salah satu kutipan terkenalnya adalah "Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely." Yang berarti bahwa kekuasaan cenderung membuat seseorang menjadi korup, dan kekuasaan yang absolut (tidak terbatas) dapat membuat seseorang sepenuhnya korup atau diktator", katanya.
"Begitu juga dengan Janres Silalahi yang sudah terlalu lama di Porsea, cenderung melakukan kediktatoran, sebab pejabat dan APH bisa diatur. Kami meminta supaya pihak
TPL arif dan bijaksana merotasi Janres Silalahi, sebab dapat kita lihat di pengadilan, banyaknya gugatan terhadap
TPL telah membuat masyarakat enggan bekerjasama dengan
TPL, sebab masyarakat mengangap
TPL adalah VOC dalam bentuk baru", ungkap
Roder Nababan.**